Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Aliran Rasa Game level 1

Aliran Rasa Materi pertama kelas Bunsay ini tentang Komunikasi Produktif, menyadarkan saya betapa kacau nya gaya komunikasi saya terhadap anak- anak dan suami. Terlebih pada anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu mereka bersama saya. Berusaha untuk memperbaiki gaya komunikasi dengan anak- anak selama 10 hari tantangan tsb dan berusaha tetap konsisten dijalankan meskipun materinya telah berlalu. Karena sesungguhnya teori hanyalah sebatas retorika saja jika tidak diaplikasikan. Walau terkadang tak selalu berjalan mulus, berbagai kendala menghampiri. Semoga Allah meridhoi ilmu ini, meridhoi langkah ini demi memperbaiki pola asuh di keluarga kami. #AliranRasa #gamelevel1 #DianAnggrainiCausan

Komunikasi Produktif : Hari ke 10

"Bunda, mba Biya gak mau makan ini, gak enak " kata si sulung, sambil menunjuk sayur labu air didalam piring makan nya. " enak kok, coba dulu. Itu sayur yang mba biya potong- potong tadi lo", ujar saya. " iya ya bunda" tanya nya untuk meyakinkan. " iya, coba dulu baru bilang gak enak". Sambung saya. Lalu dimakan la sayur itu dan dia pun berkata" iya ya enak" cengir nya. Begitulah, si sulung ini termasuk pilih- pilih makanan. Kalau ada makanan yang baru dilihatnya, padahal belum dicicip,akan langsung bilang itu gak enak.  Jadi saya harus mensuggestinya dengan mengatakan, dicoba dulu makanan nya baru bilang gak enak. saya memang jarang membeli labu air ini. Karena memang jarang ada di pasar sini dan harganya juga ternyata relatif mahal. #hari10 #gamelevel1 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang #institutibuprofesionalbatam

Komunikasi Produktif : Hari ke 9

Ibu rumah tangga terutama yang full time dirumah harus bahagia agar tetap waras, menjalani peran dalam rumah tangga, mengerjakan pekerjaan domestik yang seakan tak ada habisnya. Membersamai anak balita yang lagi aktif- aktifnya dengan seabrek tugas yang harus dikerjakan, emak dituntut waras . Me time. Seperti kata ajaib yang lekat dengan ibu rumah tangga. Tapi " me time" realitanya tak seindah bayangan. Hal yang hampir mustahil melakukan me time dengan meninggalkan anak- anak yang masih kecil yang masih gelendotan dengan emaknya. Yang emaknya hilang dari pandangan mata saja, nangis tak karuan. Dulu masih belum ada anak- anak cukup dengan membaca buku kesukaan saja sudah cukup ampuh mengembalikan kewarasaan. Untuk saat ini rasanya sulit untuk sekedar meluruskan pinggang sambil membaca buku dengan menyeduh secangkir teh. Cara "Me time" pun bergeser dengan berselancar si dunia maya sambil menyusui si kecil. Atau nongkrong di kamar mandi sambil merenung haha.. At

Komunikasi Produktif : Hari ke 8

Gambar
Hari ini mood emak lagi naik turun. Perasaan masak gak kelar- kelar karena disambi ngurusin duo krucils yang ada aja tingkahnya. Badan yang juga rasanya remuk redam. Dari si adek yang gak berhenti lagi minta nenen. Lalu bolak balik ngepel pipis nya di lantai. Melerai mereka berdua yang suka nya berantem. Adek nya yang jahil, kakaknya yang perasa. Duh, ditambah kerjaan domestik lain yang gak ada habisnya. Anak yang minta ditemani maen. Ditemani tidur. Emak jadi bertanduk. Karena sesungguhnya ketidaksabaran kita dalam menghadapi anak- anak yang berujung pada kemarahan atau penganiayaan fisik, sebenarnya bukan karena tingkah sang anak, buktinya dilain waktu saat anak melakukan kesalahan yang sama kita bisa menghadapi nya dengan sabar. Kemarahan yang kita tunjukkan kepada anak, sebenarnya lebih kepada perasaan lelah yang bertumpuk karena keadaan. Dan anak hanyalah sebagai pelampiasan emosi negatif dari orang tuanya.  Dan kalau saya amati, jika saya dihadapkan dengan pekerjaan dom

Komunikasi Produktif :Hari ke 7

Tgl 12 kemarin duo krucils imunisasi MR di posyandu. Sebelum pergi, saya sudah mengkondisikan anak- anak, terutama kakak nya karena sudah mengerti. Saya memberitahukan bahwa nanti di posyandu akan disuntik. " mba Biya nanti kita ke posyandu, mba biya nanti disuntik ya", kata saya " mba biya gak mau disuntik" ujarnya sambil menggelengkan kepala. "kenapa mba Biya gak mau disuntik? ", tanya saya. " sakit bunda, gak mau mba Biya" ujarnya memelas. Sambil mengusap kepalanya saya pun menenangkan . " gpp ya mba Biya, sakitnya sebentar aja kok. Nanti habis disuntik bunda kasih eskrim deh, gimana? " tawar saya sambil tersenyum padanya. Dia pun mengangguk. Dia tidak bertanya sih kenapa harus disuntik, mungkin juga belum mengerti. Tapi saya jelaskan bahwa dia si suntik untuk ikhtiar biar sehat, kebal dari penyakit. Dia pun mengangguk walau mungkin tidak begitu paham. Akhirnya tiba di posyandu. Saya sudah deg- deg an, dia bakal lari atau m

Komunikasi Produktif : Hari ke 6

Gambar
Tahun baru islam 1440 Hijriyah jatuh pada tanggal 11 september kemarin. Ayahnya libur, dan kita berencana untuk keluar rumah. Qadarallah hujan turun, gak berhenti sampai sore. Gagal sudah rencana piknik keluar. Dan si kakak yang sudah bersiap- siap terlihat kecewa. Maklum kita keluarga rider. Jadi kalau hujan ya gak bisa keluar sampai hujan berhenti.  "Bunda kita gak jadi pergi y? " tanya nya " iya nak, hujan nya gak berhenti, ini sudah sore. Kalau keluar nanti kita kehujanan. Minggu nanti ya, insyaAllah kita pergi sama ayah" ujar saya sambil memeluknya. " mba Biya tau gak, kalau waktu hujan itu adalah waktu yang baik untuk berdoa, jadi mba Biya sekarang minta sama Allah, agar ayah dimudahkan rezeki nya agar segera bisa beli mobil. Supaya kalau kita pergi gak kehujanan lagi" jelas saya pada anak 3 tahunan ini. Doa nya begini nak, "Ya Allah berikan la rezeki kepada ayah agar segera bisa beli mobil. Aamiin.. " Dia pun tersenyum dan menga

Komunikasi Produktif : Hari ke 5

Ternyata pagi ini drama mewek ditinggal Ayahnya bekerja belum kelar. Dah berapa hari ini nak heuheu.. Lama betul Jetleg nya. Seperti biasa,  emak menanggapi dengan santai. Mungkin karena udah terbiasa haha. Tapi ayahnya yang kelimpungan, pergi kerja jadi telat mulu. Sore ini, saat bunyi motor ayahnya terdengar. Belum juga ayahnya membuka pintu dan memberi salam.  Dia langsung teriak dari dalam seraya melongok kan muka lewat jendela , "Ayah ini, tinggalin mba biya kerja". Ayahnya langsung terkekeh dan geleng- geleng kepala. Setelah membersihkan diri. Ayahnya bertanya, "mba Biya kenapa tadi mewek- mewek nangis, pas ayah mau berangkat kerja?". Yang ditanya cuma mesem- mesem saja. Lalu saya pun menimpali. "mba Biya sedih ya ditinggal Ayah kerja?". Dia pun langsung menjawab, "iya mba Biya sedih ditinggal Ayah kerja". Kan Ayah sore pulang, jadi bisa ketemu ayah lagi. "iya, tapi kan mba Biya sedih". Anak- anak terkadang belum mampu mende

Komunikasi Produktif : Hari ke 4

Gambar
"Mba Biya udahan main ya yok, beresin mainan nya, terus mandi, sarapan nanti kita mau kepasar". Cerocos saya dari dapur. Dan si bocah yang lagi maen tak menyahut. Mungkin juga gak dengar apa yang di bilang emaknya. Padahal suara emaknya mungkin sudah melengking berapa oktaf, karena dari tadi bocah yang disuruh mandi berulang kali selalu menjawab, "nanti bunda".  Juga sudah diancam bakal ditinggal ke pasar kalu gak mau mandi. Tapi tak berhasil. Duh, padahal tau kalo gak boleh mengancam dan menakuti anak agar nurut sama kita. Tapi ya gimana, Ya Allah kadang spontan aja gitu keluar dari mulut ini. Astagfirullah. Trus akhirnya keingat bahwa ngomong sama anak balita gak boleh mbulet dan panjang- panjang. Mesti pendek dan jelas. Akhirnya emak narik nafas panjang, stop kerjaan di dapur. Mendekat ke anak. " mba Biya ayo bantuin bunda masukin mainan yok " ajak saya. Walaupun dengan gaya ogah- ogahan tapi akhirnya diberesin juga mainan nya. Kelar satu urusan

Komunikasi Produktif : Hari ke 3

Huaa... jerit tangis si adek terdengar kencang. Tak kalah suara jerit si kakak menggema. Aku pun tergopoh- gopoh menghampiri. Kulihat si kakak dan adek sedang berebutan mainan. Sudah jadi makanan sehari- hari emaknya, menyaksikan duo bocah yang seringkali berkonflik memperebutkan barang. Seringkali berakhir dengan tangisan salah satu nya atau bahkan dua- dua nya sekaligus. Emaknya yang selalu jadi wasit ke duanya. Seringkali emaknya ikut emosi karena dua- duanya tak ada yang mau mengalah. Kali ini saya berusaha mengendalikan emosi. Menjaga intonasi suara agar tak ikut melengking menyamai suara jeritan mereka. Menarik nafas panjang dan berusaha untuk berbicara dengan suara ramah Bernegosiasi dengan mereka. Biasanya saya seringkali menyuruh kakaknya untuk mengalah dengan adiknya. Walaupun akhirnya saya tau itu salah. "nak main nya gantian ya, kalau gak mau gantian nanti mainan nya bunda ambil, jadi gak ada yang bisa main ini", jelas saya sambil memegang mainan yang mereka pe

Komunikasi Produktif : Hari ke 2

Drama pagi masih berlanjut. Mba Biya, masih menangisi ayahnya yang berangkat kerja. Dan tentu saja menguji kesabaran saya. Menghadapi anak yang menangis meraung dalam keadaan lapar belum sarapan, tentu saja bukan hal yang baik. Bisa-bisa tanduk emaknya keluar. "mba Biya mau makan nasi uduk?" tanya saya. "enggak, mba Biya mau ikut ayah kerja". Jeritnya sambil menangis. "Ya sudah, bunda mau beli nasi uduk di depan, bunda lapar. Mba Biya mau ikut gak? Kl mau ikut nangisnya berhenti ya". perintah saya. Dan kemudian tangisan nya sedikit mereda diiringi anggukan kepala. Setelah nasi uduk dibeli kemudian saya sodorkan padanya. Saya kira akan ditolak, rupanya disantapnya hingga habis. Oalah sepertinya dia tantrum karena lapar. Dan saya pun terkekeh. Tangisan nya pun sudah berhenti dan rumah pun menjadi sedikit tenang. Praaaangg... Suara itu mengagetkan saya yang lagi sibuk menyuapi adek nya makan. Tergopoh- gopoh saya ke dapur, terlihat piring pecah berkep

Komunikasi Produktif : Hari ke 1

Gambar
Hari ini adalah ke 4 setelah kepulangan kami dari kampung halaman suami. Kami sepertinya masih "Jetleg", masih terjebak dengan nikmatnya Liburan. Terutama si Sulung yang sejak kepulangan dari rumah eyang nya mendadak jadi lebih melow dari biasanya. Seperti pagi ini, sudah 3 hari berturut- turut dia menangis meraung ketika hendak ditinggal ayahnya bekerja padahal sebelum- sebelumnya tidak pernah menangisi ayahnya pergi ke kantor. Dua hari kemarin saya sempat stress menghadapi tingkah polanya. Menangis meraung- raung dengan beberapa episode. Susah disuruh makan dan mandi. Tangisan nya yang sepanjang hari menguji kesabaran ibu nya. Akhirnya sempat saya bentak untuk diam namun tangisan nya makin kencang. Saya sebenarnya memahami mungkin dia stress dengan perubahan suasana yang tadi nya ramai. Lalu saat balik ke Batam hanya bertiga dengan adik dan ibu nya saat ayahnya bekerja. Dia belum sekolah dan tak banyak tetangga yang seumuran dengan nya untuk dijadikan teman ber